"Seperti nyata"
written by owner
Aku memandang ke bawah, melihat
indahnya dunia dari atas sana. Hanya mengambil waktu sekitar 45 menit berada di
atas kendaraan melayang yang kusebut pesawat. Aku dan penumpang lain terbang
dari Makassar menuju kota Kendari. Pendaratan pun dilakukan sebelumnya sang
pramugari mengumumkan bahwa kita akan segera mendarat di Bandara Haluoleo
Kendari. Turun dari pesawat kecil berbaling-baling yang awalnya aku khawatir
karena pesawat ini lebih kecil dari pesawat biasanya dan takut jika pesawat ini
akan diterbangkan angin, aku segera menuju tempat pengambilan barang, tetapi
rasa ingin buang air kecilku muncul dan aku pun lari menuju toilet. Toilet ini
sedikit aneh, aku sudah berfirasat saat memasukinya, tapi karena aku sangat
ingin buang air kecil, aku pun membuang jauh firasat yang aku rasakan itu.
Seluruh kamar toilet ternyata sudah diisi, kecuali kamar diujung sana yang
tampak seram dan aneh. Aku pun masuk walau aku menyadari bahwa depan kamar
toilet itu terdapat tulisan bahwa toilet itu rusak. Tapi saat aku di dalamnya
semua propertinya masih bagus dan terlihat baru. Setelah selesai, aku membuka
pengunci pintu, tetapi pintunya belum juga terbuka. Aku mengotak-atik pintunya
sampai akhirnya terjadi sedikit goncangan. “Gempa bumi?” tanyaku dengan panik. Dari
luar terdengar suara kendaraan dan gerakan-gerakan kaki yang begitu banyak.
Tentunya aku heran, “Sekira di toilet
ka, kenapa na banyak kendaraan?”. Dengan perlahan aku membuka pintu dan
ternyata aku berada di trotoar jalan yang begitu ramai. “Di mana ini dende’?”
tanyaku dengan logat khas Makassar. Aku pun menghampiri salah seorang yang
duduk di sana. “Permisi, ini di mana ya?” tanyaku dengan seorang wanita berbaju
merah. Dia pun berbalik badan ke arahku dan menjawab “You are from Indonesia, right?”
Katanya dengan bahasa Inggris. “Maaf bu, aku belum begitu mahir berbahasa
Inggris. Bisa bahasa Indonesia?” Ucapku dengan bahasa baku. Dengan logat
Inggrisnya yang tulen dia menjawab, “Saya bisa, tapi sedikit saja. Sekarang
kamu ada di New York”. Seketika aku terdiam dan memandang sekelilingku untuk
memastikan aku benar berada di kota yang indah yaitu New York. “Serius, bu?” tanyaku
dengan perasaan yang campur aduk antara takut dan bahagia. “Yes. Kamu tersesat?” Tanyanya. “Tidak
tahu bu kenapa ka bisa di sini. I don’t
know why. Perasaan tadi adaka toilet Bandara. Tapi, bisa ki bantu ka
kembali ke Indonesia?” dengan logat Makassarku yang masih belum hilang. “Tunggu
sebentar!” dia menarikku duduk di dekatnya, dan berbisik kepadaku, “Nak, saya
pernah mendengar tentang toilet yang bisa memindahkan sesuatu dari suatu tempat
ke tempat lainnya. Mungkin kamu telah masuk ke toilet itu. Kebetulan saya orang
yang meneliti tentang itu.” Ucapnya. “Jadi, saya masuk ke toilet ajaib itu yah
bu?” tanyaku memastikan. “Ayo nak, aku ajak kamu ke office-ku, kita akan lakukan interview
tentang penelitian ini” ajaknya. Aku dibawa menuju kantor penelitiannya.
Aku diajak terlibat dalam penelitiannya dan aku pun tinggal di rumahnya bersama
kedua anaknya.
Di dalam rumah yang besar dan
mewah, aku diperkenalkan dengan kedua anaknya. Ternyata Sabrina dan Ariana
mahir dalam berbahasa Indonesia, ayahnya yang telah lama meninggal merupakan
asli orang Indonesia. Kami bertiga menjadi begitu akrab, kami sering pergi
bersama ke tempat-tempat yang indah di New York. Tetapi beberapa hari kemudian,
sang kakak Sabrina menjadi jauh dariku. Dia pikir bahwa aku telah merebut kasih
sayang ibunya. Karena ibunya juga sering mengajakku pergi ke kantornya.
Suatu sore di ruang keluarga, aku diberikan
pakaian baru yang cantik oleh ibu Sabrina. “Terima kasih banyak, bu” ucap
terima kasihku. “Kok aku nggak dibeliin, mom?”
Tanya Sabrina kepada ibunya dengan logat khasnya. “Dia kan nggak bawa baju. She don’t bring anything to here. Jangan
iri, Sabrina” Ucapnya. “Kak, nggak boleh gitu. Don’t be like that” Ariana menyambung. “Sudah cukup!! Kalian semua
kok jadi belain anak nggak dikenal itu!! Hei, kamu!! Kamu jangan sok dekat
dengan kami deh. Kamu kan cuma numpang di sini, ingat itu!” Ucapnya dengan
keras. Aku pun merasa bersalah, aku segera menyimpan baju itu kembali, dan
membawa tas kecil yang merupakan hartaku satu-satunya dan segera pergi ke luar.
Aku pun memanggil taksi. Saat taksi tersebut berbelok ke arah ku, datang mobil
truk besar dengan kecepatan tinggi menabrak mobil taksi dan keduanya terlempar hingga
aku pun ikut terguling dan tertekan ban truk yang besar. Aku menutup mata
sambil berkata, “Inikah akhir?”. Setelah menutup mata beberapa detik, terdengar
suara yang mengatakan bahwa kita segera sampai ke Bandara Haluoleo. Aku pun
segera membuka mata dan melihat di sekelilingku. Ternyata, aku masih berada di
dalam pesawat kecil berbaling-baling tersebut. Akhirnya, aku turun dan pergi ke
tempat pengambilan barang, dan ternyata aku merasa ingin buang air kecil sesuai
apa yang aku mimpikan tadi. Toilet itu pun juga ternyata memiliki kamar yang
rusak di pojok, "Sama seperti mimpiku..". Lalu, aku perlahan membuka pintu kamar toilet itu, tetapi aku
langsung teringat dengan apa yang telah aku mimpikan tadi. Akhirnya, aku kembali
menutup pintu dan memasuki kamar toilet yang lain.
Cie..Maya mau jdi penulis yah?
BalasHapusnice makasih yah kak seru
BalasHapusindonesia oriflame
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc